Jumat, 09 Oktober 2015

BAB II
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI MENGENAI
FENOMENA GEOSFER
Studi geografi dalam fenomena geosfer meliputi studi tentang litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer. Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah penelitian geografi terhadap fenomena tersebut.
Penelitian geografi pada hakekatnya merupakan suatu penerapan dari metode ilmiah. Dalam kaitan ini, pemecahan suatu masalah didasarkan atas kegiatan berfikir rasional dan empiris, serta teori yang didukung oleh fakta. Secara garis besar ada beberapa tahap dalam penelitian ilmiah geografi, yaitu sebagai berikut:
1.    Merumuskan masalah: dengan mengajukan pertanyaan yang bersumber dari teori atau fakta dari lapangan.
2.  Mengkaji teori atau berfikir rasional untuk menentukan jawaban sementara atau dugaan terhadap masalah yang muncul. Jawabannya sementara dinamakan hipotesis.
3.      Mencari data di lapangan untuk membuktikan jawaban sementara.
4.      Mengolah data dan menguji kebenaran jawaban sementara.
5.  Menarik kesimpulan, yaitu menetapkan apakah jawaban sementara pada langkah-langkah diterima atau ditolak.
A.    Sifat Studi Geografi
           1.      Studi Kependudukan
          Studi kependudukan termasuk objek studi geografi. Studi kependudukan berkaitan dengan segala aspek yang berhubungan dengan tingkat kemakmuran penduduk, baik pada suatu wilayah tertentu maupun pada lingkup yang lebih luas. Ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada aspek demografi, tetapi juga aspek psikologi dan lain-lain. Masalah kependudukan menyangkut aspek demografi, mental, tradisi. Hubungan antar individu, keruangan, kemakmuran, dan sebagainya.
             a.      Masalah kependudukan
Masalah kependudukan secara umum merupakan masalah yang berkenaan dengan tingkat kemakmuran penduduk yang sangat rendah. Penyebab utama masalah kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan bahan kebutuhan primer.
             b.      Penerapan studi kependudukan
Kerangka kerja studi kependudukan meliputi pengumpulan data dasar kependudukan, intrpretasi data, analisis data hingga penarikan kesimpulanm tentang permasalahan dan alternatif pemecahan masalahnya. Aspek kependudukan ini menyangkut komponen yang luas. Pengumpulan data, penyusunan model permasalahan, dan pemecahan masalahnya tidak dapat dilakukan hanya melalui bidang studi kependudukan, melainkan harus melalui pendekatan lintas bidang studi atau pendekatan sistem.
             2.      Studi Lingkungan
Studi lingkungan menyangkut gejala dan masalah kehidupan dalam kaitannya dengan lingkungan tempat kehidupan tersebut berlangsung. Studi lingkungan menrapkan konsep dan prinsip ekologi serta ilmu sosial. Itulah sebabnya, studi lingkungan dapat dikatakan sebagai penerapan ekologi manusia.
Dalam hubungan manusia dengan lingkungannya, Patrick Geddes (ahli biologi, sosiologi, dan geografi dari Scotlandia) mengemukakan bahwa kehidupan kelompok
Mansuia dalam lingkungannya dibantu oleh tiga komponen, yaitu:
             a.      Tempat (karakter fisik dari lahan)
             b.      Orang banyak (keadaan rasial dengan karakter yang turun temurun)
             c.       Kerja (cara kerja, aktivitas ekonomi dengan jaminannya yang menunjang)
Ketiga komponen ini deikenal dengan nama Trilogi Geddes, yang kemudian diungkapkan sebagai geografi, sosiologi, dan ekonomi. Menurut Geddes, relasi tiga komponen tersebut merupakan suatu interaksi mutualistis dalam pembentukan pola keruangan masyarakat.
             a.      Masalah lingkungan
Masalah lingkungan seperti erosi, pencemaran, kekringan, dan banjir termasuk masalah geografi. Disebut masalah geografi karena merupakan hasil interaksi keruangan angtara faktor manusia dengan faktor alam. Jadi suatu masalah dikatakan sebagai masalah geografi jika asosiasi, interelasi, dan interaksi keruangan keadaan alam dengan keadaan penduduk tidak seimbang.
             b.      Penerapan studi kelingkungan untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Ruang muka bumi untuk kehidupan yang layak sudah sangat terbatas. Sumber daya alam tidak merata di seluruh wilayah. Dua hal tersebut harus diperhatikan saat melakukan perencanaan yang matang bagi pendayagunaan muka bumi sengan segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan perenacaan yang matang setelah penelitian yang seksama, maka diharapkan kualitas kehidupan dan kualitas lingkungan dapat menjadi seimbang tingkat kehidupan dapat ditingkatkan kualitasnya, sedangkan masalah lingkungan dapat dihindarkan.
Prosedur studi lingkungan bertujuan mencari alternatif pemecahan masalah lingkungan dan perencanaan sarana kehidupan. Studi lingkungan hampir sama dengan studi geografi. Perbedaannya terletak  pada segi penekanannya. Studi geografi ditekankan pada relasi keruangannya, sedangkan studi lingkungan lebih ditekankan pada kemampuan lingkungan untuk menampung kehidupan secara serasi dan lestari.
            3.      Studi Sosial
Studi sosial berkatian dengan interelasi ilmu-ilmu sosial dalam menelaah gejala dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Gejala sosial adalah gejala yang terjadi di masyarakat yang ditimbulkan oleh kondisi, peristiwa, tingkah laku, dan sikap mansuia sebagai makhluk sosial. Gejala sosial ini merupakan tanda pengungkapan aspek-aspek kehidupan manusia di masyarakat. Gejala-gejala sosial dapat diamati dan ditelaah sebab-akibatnya. Maslah pengangguran, sampah, kenakalan remaja, dan kemacetan lalu lintas Merupakan contoh gejala sosial. Jika gejala sosial telah menjadi persoalan yang berat sehingga sulit diatasi, maka disebut masalah sosial.
             a.      Pendekatan studi sosial
Pendekatan yang digunakan pada studi sosial adalah pendekatan multidesipliner dan interdesipliner. Pendekatan ini merupakan ciri khas studi sosial karena masalah yang dikaji sangat kompleks sebagai hasil interelasi dari berbagai aspek kehidupan.
             b.      Studi geografi
Melalui studi geografi, dapat dikaji masalah sosial berdasarkan penyebarannya dalam ruang, persamaan dan perbedaan masalah sosial, dan keunikan masalah sosial di wilayah yang bersangkutan. Masalah- masalah tersebut dianalisis berdasarkan relasi keruangannya. Relasi keruangan tidak dapat dilepaskan dari faktor sosial manusianya.
            4.      Studi Geografi dalam Bidang Pertanian
Pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan perpaduan antara subsistem fisis dengan subsistem manusia. Komponen subsistem fisis mencakup antara lain: iklim, hidrografi, tanah dan topografi dengan segala proses alamiahnya.  Sementara itu komponen subsistem manusia mencakup tenaga kerja, teknologi, tradisi masyarakat, kemampuan ekomomi, dan kondisi politik setempat. Berdasarkan hasil asosiasi, relasi dan interaksi semua komponen tersebut, baik secra statis pada waktu kurun tertentu maupun secara dinamis yang meliputi yang meliputi perkembangan historisnya, dapat dianalisis aspek keruangan pertanian pada wilayah tertentu.
             a.      Pengkajian diferensiasi areal pertanian
Analisis keruangan sektor pertanian dapat pula dilakukan terhadap areal pertanian yang cukup luas. Dari areal  tersebut kita dapat menentukan perbedaan antar-area yang lebih kecil berdasarkan subsistem yang kita soroti. Contohnya: kondisi pengairan, jenis tanah, kemampuan teknologi yang Dimiliki petani, dan jenis tanaman yang dikembangkan.
             b.      Faktor pendukung pertanian
Subsistem umum yang dapat mendukung pengembangan pertanian, misalnya keadaan tanah, hidrografi, relief permukaan, keadaan iklim, tenaga kerja, teknologi pertanian, transfortasi, pemasaran, dan usaha menjaga kelestarian lingkungan.
  5.      Studi Geografi dalam Bidang Industri
Industri sebagai suatu sistem merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri meliputi komponen: bahan, bahan baku, sumber energi, dan iklim dengan segala proses alamiahnya. Sementara itu, subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri meliputi komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, situasi politik, keadaan pemerintahan, transfortasi, konsumen dan pasar. Perpaduan semua  komponen inilah yang mendukung maju atau mundurnya suatu industri. Bidang pengkajian geografi meliptui relasi, asosiasi, dan interaksi antara komponen-komponen suatu ruang.
             a.      Sorotan geografi
Sorotan geografi pada aspek industri terletak pada ineterelasi keruangan, komponen, dan pengorganisasian ruang dalam mengembangkan industri. Indonesia yang masih pada tahap awal perkembangan industri perlu memperhitungkan tata ruang agar tidak menjadi masalah sosial & lingkungan
             b.      Penerapan tekonologi tepat
Dalam kajian geografi, aspek keruangan pembangunan industri terkait dengan penerapan teknologi tepat, penentuan lokasi dan penyebarannya, serta deferensiasi areal industri. Dalam kaitan ini, penerapan teknologi adaptif pada sektor industri, berarti:
1) Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi fisik geografi wilayah yang dikembangkan sektor industrinya. Penerapan teknologi tersebut tidak menimbulkan erosi, kekeringan, dan pencemaran.
2) Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi ekonomi setempat. Konsisi ekonomi masyarakat masa transisi umumny masih agraris. Oleh karena itu penerapan teknologi adaptif harus menunjang dan membantu sektor agraris.
3) Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi demografi setempat. Untuk Indonesia, saat ini harus diterapkan teknologi padat karya, terutama bagi wilayah yang padat penduduknya.
4) Dapat memberikan lapangan usaha dan lapangan kerja baru bagi penduduk setempat,  terutama bagi di sektor pertanian yang sudah jenuh.
            6.      Studi  Geografi dalam Bidang Transportasi dan komuniukasi
Studi geografi dalam bidang transportasi dan komunikasi merupakan studi tentang gejala dan masalah geografi yang lebih dinamis dibandingkan mengkaji gejala pada lokasi tertentu. Dengan mengkaji transportasi dan komunikasi, kita dapat mengungkapkan difusi, interaksi keruangan, serta kemajuan atau keterbelakangan suatu daerah. Oleh karena itu pengembangan transportasi dan komunikasi dapat digunakan sebagai sarana prasarana dan untuk  memajukan daerah terpencil.
             a.      Penerapan teknologi
Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi dan komunikasi telah memperpendek jarak di muka bumi. Daerah yang semula terpencil bisa menjadi daerah yang utama. Daerah yang berpotensi tinggi dapat dikembangkan menjadi daerah yang produktif.
             b.      Manfaat kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi
Melalui kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi (radio, TV, dan telepon) kita dapat
mengetahui peristiwa di luar jangkauan penglihatan kita. Sekarang, kita dapat mendengar kejadian, menyaksikan peristiwa penting, dan pertandingan oleh raga yang berlangsung di luar negeri.
Teknologi komunikasi dan transportasi saat ini belum dapat menjangkau seluruh penjuru di permukaan bumi. Oleh karena itu,  daerah-daerah yang terpencil dan sulit dicapai tersebut perlu ditingkatkan perkembangan teknologinya.
            7.      Studi Geografi dalam Bidang Sumber Daya
Daya dukung sumber daya, selain dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk (konsumen), juga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Kuantitasw penggunaan sumber daya umumnya berkorelasi positif dengan pertumbuhan penduduk. Sementara itu kualitas dan kuantitas eksplorasinya sangat dipengaruhi oleh kemajuan dan penerapan teknologi.
Sumber daya dapat diperbaharuhi suatu ketika dapat berubah menjadi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya yang dapat diperbaharui dapat dikelompokkan menjadi  sumber daya nabati (hutan, pertanian, perkebunan, dan vegetasi alam lainnya), sumber daya hewani (hewan liar, hewan ternak, dan perikanan, dan sumber daya abiotik yang terjadi karena proses dan kekuatan gejala alam.
Sumber daya di bumi banyak sekali ragamnya, antara lain di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan pertambangan. Konsep yang harus diperhatikan dalam eksploitasi barang tambang serta pengelolaan sumber daya di bidang pertanian, kehutanan, peternakan, dan lain-lain, yaitu sebagai berikut:
             a.      Untung rugi dari eksploitasi dan cadangan barang tambang.
             b.      Dukungan sarana – prasarana teknologi
             c.       Faktor keamanan dan kelestarian lingkungan hidup.
            8.      Studi Geografi dalam Bidang Permukiman
Pemukiman merupakan bagian dari muka bumi yang dihuni oleh manusia. Hal ini meliputi segala prasarana dan sarana penunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggalnya.
Luas muka bumi tidak bertambah, bahkan relatif bertambah sempit karena jumlah manusia terus-menerus bertambah. Mula-mula manusia memilih ruang geografi untuk permukimannya di wilayah-wilayah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memilih tempat-tempat yang cukup air, tanahnya subur memberikan kemudahan untuk lalu-lintas dan angkutan, memberikan kemudahan untuk mencari lapangan kerja, terlindung dari hewan buas, dan lain-lainnya.
Akan tetapi akibat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, daerah-daerah yang kurang baik juga dijadikan tempat tinggal. Lahan yang tidak stabil, terlalu miring, daerah yang tidak sehat, atau daerah yang kotor pun akhirnya ditempati oleh manusia. Ada dua macam permukiman, yaitu sebagai berikut:
             a.      Permukian di daerah pedesaan
Kondisi daerah pedesaan masih memberikan ruang yang cukup luas untuk bermukim. Masalah permukimannya tidak begitu kompleks deibandingkan permukiman di daerah perkotaan. Daerah pedesaan umumnya identik dengan daerah pertanian, dan pola permukimannya dipengaruhi oleh pertanian yang bersangkutan. Permukiman yang rapat cenderung berkembang di daerah yang tanahnya subur.
             b.      Permukiman di daerah perkotaan
Permukiman di daerah perkotaan mempunyai masalah yang lebih kompleks daripada di daerah pedesaan. Penduduk daerah perkotaan sangat beraneka ragam, baik menyangkut jenis pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan kondisi sosial budaya lainnya. Tempat yang dihuni penduduk di daerah perkotaan juga sangat bervareasi mutunya. Mulai dari gedung biasa dan gedung bertingkat, hingga gubuk yang tidak layak untuk dihuni manusia.
Perbedaan permasalahan permukiman di pedesaan dan perkotaan disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda antara kedua daerah tersebut. Secara umum, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan permukiman, yaitu faktor fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tadi menjadi landasan perkembangan permukiman tersebut selanjutnya
B.    Pendekatan analisa Studi Geografi
Metode pendekatan yang khas pada geografi adalah pendekatan keruangan. Pelaksanaan pendekatan keruangan harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip penyebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi. Metode pendekatan yang termasuk pendekatan keruangan, yaitu:
       a.      Pendekatan topik,
       Dalam mempelajari masalah geografi di suatu wilayah, seorang peneliti dapat mengadakan                  pendekatan pada topik tertentu yang menjadi perhatian utama. Sebagai contoh, topik yang                menjadi perhatian utama adalah kelaparan, sehingga masalah kelaparan menjadi sorotan utama        dalam pendekatan yang digunakan.
       Kelaparan di daerah tersebut diungkapkan jenis-jenisnya, penyebabnya, penyebarannya,                      intensitasnya, ineterelasinya dengan fenomena lain, serta keterkaitannya dengan masalah lain            secara keseluruhan.
Hal yang menjadi pegangan pokok dalam melakukan pendekatan topik adalah hubungan faktor keruangan dengan fenomena atau topik yang diteliti. Faktor-faktor geografis, seperti manusia dan keadaan lingkungan fisik, tidak boleh diabaikan. Dengan landasan keruangan ini, karakt
eristik masalah kelaparan di suatu wilayah dapat diungkap.
       b.    Pendekatan aktivitas manusia
             Pada pendekatan aktivitas manusia, perhatian utama diarahkan kepada aktivitaws manusia.               Pertanyaan pada jenis pendekatan ini adalah bagaimana kegiatan manusia atau penduduk pada         suatu daerah atau wilayah.
Aktivitas penduduk ini dapat ditinjau dari persebarannya, interelasinya dan deskripsinya dengan fenomena lain yang berkenaan dengan aktivitas itu. Ditinjau dari persebarannya, jenis-jenis aktivitas dapat dibedakan sehubungan dengan mata pencaharian penduduk. Contohnya, aktivitas penduduk di daerah pegunungan, di dataran rendah, di pinggir sungai, dan di pantai.
      Berdasarkan persebaran kegiatan penduduk dapat diungkapkan keterkaitannya dengan                        kesuburan tanah, hidrografi, jaringan komunikasi dan transportasi, ketinggian wilayah, dan                  faktor-faktor geografis lainnya. Oleh karena itu dapat dibuat atau deskripsi tentang aktivitas                penduduk berdasarkan interelasi keruangan dengan fenomena lain sebagai sistem keruangan.

c      c.    Pendekatan regional
Pengertian regional adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas sehingga membedakan wilayah tersebut dengan wilayah-wilayah lain.
Pendekatan regional berarti mengkaji suatu fenomena atau suatu masalah berdasarkan region tempat terjadinya fenomena atau masalah tersebut. Penekanan utama pendekatan ini bukan pada topik atau aktivitas manusia melainkan pada region yang merupakan ruang atau lokasinya. Sebagai contoh dalam melakukan studi tentang kelaparan tersebut berdasrkan wilayah. Pertanyaan yang dapat dikemukakan adalah di mana terjadi kelaparan. Hasil akhirnya adalah penjelasan mengenai persebaran fenomena atau masalah kelaparan.
Berdasarkan persebaran, dapat pula diungkapkan sebab terjadinya keparan di region atau wilayah yang bersangkutan. Selanjutnya, dapat diungkapkan interelasi dan interaksi gejala kelaparan dengan gejala-gejala lain pada region yang sama. Dan hasil pendekatan regional menggunakan prinsip-prinsip geografi yang dibuat deskripsi mengenai masalah kelaparan pada wilayah yang bersangkutan.
C.     Metode Analisis Geografi
            1.      Tujuan Penelitian Geografi
       Tujuan penelitian geografi dapat dinyatakan sebagai berikut :
            a.      Menerapkan hasil penelitian geografi bagi kepentingan pemecahan masalah sosial,                          khususnya di wilayah penelitian, dan diseluruh wilayah yang mengalami masalah yang sama.
b.      Menerapkan hasil penelitian geografi bagi kepentingan hidup manusia masa kini dan masa yang akan datang
c.       Menyumbangkan hasil penelitian geografi bagi perencanaan dan pengembangan daerah, sertabagi kepentingan perencanaan dan pengembangan kehidupan.
d.      Mengkaji kebenaran hipotesis yang diajukan terhadap masalah yang diteliti.
e.      Menyumbangkan konsep, teori, atau prinsip baru yang ditemukan pada penelitian bagi kepentingan imu geografi.
2.      Unsur-unsur Pokok dalam Penelitian Geografi
 Perhatikan flow chart (peta aliran) kerangka penelitian geografi berikut ini.
Berdasarkan langkah penelitian yang telah disajikan pada peta aliran di atas, ada beberapa unsur paokok dalam penelitian
a.      Perumusan masalah
Masalah adalah hal yang mengandung persoalan, yang membutuhkan pemecahan. Dengan demikian, tidak semua hal mengandung persoalan atau tidak semua hal dapat menjadi masalah. Masalah geografi sekurang-kurangnya menyangkut tiga persoalan pokok:
1)      Apa masalahnya (berkaitan dengan gejala)
2)      Di mana msalah terjadi (berkaitan dengan lokasi dan ruang)
3)      Mengapa masalah terjadi (berkaitan dengan relasi, interelasi, dan interaksi gejala tersebut dengan gejala-gejala lain).
Kita ambil contoh masalah pencemaran. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, masalah pencemaran harus dapat diungkapkan dari tiga persoalan pokok berikut.
1)      Apa (what)? Jawabannya adalah pencemaran
2)      Di mana (where)? Jawabannya harus mengungkapkan lokasi dan ruang tempat pencemaran itu terjadi.
3)      Mengapa (why) ? Jawabannya harus mengungkapkan mengapa di daerah tersebut terjadi pencemaran.
b.      Kajian teori dan pengajuan hipotesis
Setelah menemukan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian, langkah berikutnya adalah menentukan jawaban sementara atau dugaan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Dalam metode ilmiah, dugaan jawaban disebut hipotesis, yaitu jawaban yang masih dangkal dan perlu diuji kebenarannya.
Untuk membuat hipotesis, kita harus bertolak dari teori geografi yang sudah ada. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh suatu hipotesis yang baik yaitu:
1)      Dapat dipercaya dan masuk akal.
2)      Merupakan untkapan keteraturan pikiran.
3)      Memberikan peluang untuk pengujian empiris.
Hipotesis dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
1)      Hipotesis dalam bentuk pertanyaan
Contoh: Apakah derajad pencemaran di daerah Sumber Jaya erat hubungannya dengan pertumbuhan industri di daerah tersebut? Untuk menerima, menolak, atau menetralkan hipotesis tersebut, kita harus mengumpulkan data yang relevan kemudian menganalisisnya.
2)      Hipotesis nol
Hipotesis nol bersifat netral atau tidak memihak pada salah satu domisasi vareabel yang menjadi pokok persoalan pada masalah yang kita teliti. Agar penelitian tidak berat sebelah kita dapat mengajukan hipotesis lain yang berbeda dengan hipotesis nol yang dapat memperkuat penelitian yang akan kita lakukan. Hipotesis lain yang dikemukakan ununtuk mengimbangi hipotesis nol, disebut hipotesis alternatif. Jika hipotesis nol terhadap masalah pencemaran kita nyatakan sebagai berikut: Derajat pencemaran di daerah Sumber Jaya Tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan industri di daerah yang bersangkutan. Maka hipotesis alternatif yang dapat diajukan terhadap hipotesis nol, misalnya:
  Derajat pencemaran di daerah Sumber Jaya erat swekali hubungannya dengan pertumbuhan industri di daerah yang bersangkutan.
  Pertumbuhan industri di daerah Sumber Jaya berkorelasi positif dengan derajat pencemaran  di daerah yang bersangkutan
  Pertumbuhan industri di daerah Sumber Jaya mungkin menjadi dasar peningkatan derajat pencemaran di daerah yang bersangkutan
3)                  Hipotesis yang memberikan peluang jawaban ya, tidak, dan mungkin
  Pertumbuhan derajat pencemaran di daerah Sumber Jaya merupakan fungsi dari pertumbuhan industri di daerah yang bersangkutan.
  Pertumbuhan industri di daerah Sumber Jaya menjadi dasar peningkatan derajat pencemaran di luar daerah yang bersangkutan.
  Pertumbuhan jenis industri tertentu di daerah Sumber Jaya mungkin menjadi dasar peningkatan derajat pencemaran di daerah setempat.
c.       Pengumpulan data untuk menguji kebenaran hipotesis
Setelah masalah dirumuskan dan hipotesis diajukan atas dasar berpikir rasional, maka langkah berikuthnya adalah melakukan kegiatan lapangan untuk mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipoteis. Ingat, bahwa suatu hipotesis tidak selalu harus benar aqtau diterima. Suatu hipotesis bisa saja salah, tergantung fakta dan data yang ditemukan dari lapangan.
Teknik pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)      Analisis isi media massa
Teknik ini berupa pengumpulan data dengan menganalisis isi media masa. Contohnya, di dalam etika massa dimuat uraian dan data tentang kemasyarakatan, perkembangan bank, dan perkembangan perekonomian.
2)      Observasi langsung
Teknik observasi langsung adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala langsung pada objek yang berada di tempat kejadian. Syarat dalam menggunakan metode observasi, antara lain :
  Metode observasi dapat dilakukan secara bebas atau menggunakan daftar isian yang telah disiapkan, dapat menggunakan rekaman suara, atau gambar.
  Semakin banyak objek yang diamati, semakin sulit pengamatannya.
  Sistem dan prosedur yang dilakukan secara cermat, jujur, objektif terhadap data yang relevan.
  Pengamat harus memahami apa yang akan dicatat dan dikumpulkan.
Pencatatan hasil observasi dilakukan dengan mengisi formulir yang telah disediakan. Tujuan memakai formulir pencatatan, yaitu :
  Memudahkan dalam merekam kejadian, proses dan gejala sosial.
  Mencatat segala kejadian dan proses di lapangan.
  Membantu menguatkan data lain ayng terkumpul.
  Menjaga agar hasil pengamatan mudah diketahui pihak lain.
  Dapat diformulasikan kembali sehingga dapa tmenggambarkan suatu keadaan.
3)      Observasi tidak langsung
Teknik observasi tidak langsung adalah pengamatan dan pencatatan gejala pada objek penelitian secara tidak langsung.
4)      Wawancara langsung (tatap muka)
Teknik wawancara langsung adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan kontak langsung dengan sumber data, misalnya mendengarkan ceramah atau tanya jawab langsung. Dalam hal ini, pewawancara bertanya dan mencatat hasil wawancara. Dalam melaksanakan pencatatan, peneliti bisa memilih salah satu atau kombinasi dari cara-cara sebagai berikut:
  Pencatatan menggunakan alat bantu, misalnya alat perekam digital
  Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat wawancara berlanmgsung.
  Pencatatan dilakukan setelah wawancara berlangsung.
5)      Wawancara tidak langsung
Teknik wawancara tidak langsung adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi secara tidak langsung, misalnya lewat angket atau kuesioner. Keuntungan wawancara melalui metode angket, yaitu:
  Angket dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
  Peneliti tidak perlu hadir sebab daftar angket dapat dikirim melalui pos.
  Responden bebas menjawab jujur dan tidak malu-malu ketika menjawab.
  Angket bersifat standar karena pertanyaannya sama untuk semua orang.
   Angket dapat dijawab oleh responden menurut waktu yang terdesia.
Ada beberapa pedoman untuk membuat pertanyaan pada angket, yaitu:
  Perlu kata pengantar yang berisi tujuan dan harapan penelti.
  Pertanyaan dimulai dari yang mudah ke pertanyaan yang sulit.
  Bahasa dan kata-kata yang digunakan mudah dipahami
  Setiap pertanyaan hanya menanyakan satu hal
  Pertanyaan harus dihindarkan dari praduga yang belum tentu benar.
  Pertanyaan harus dihindarkan dari hal-hal yang menyangkut harga diri dan bersifat pribadi.
  Perttanyaan harus dihindarkan dari pengertian ganda.
6)      Studi dokumenter (bibliografi)
Teknik studi dokumenter adalah pengumpulan data dengan menggunakan sumber dokumen tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, misalnya dari sumber dokumen, buku, koran, dan majalah.
d.      Penggunaan sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Kriteria mewakili diambil dari keseluruhan sifat atau generalisasi yang ada pada populasi. Oleh karena itu, sebelum menentukan sampel dari suatu populasi, kita harus memiliki pengetahuan tentang populasinya. Terlebih dulu kia harus membuat estimasi (rata-rata sifat) populasi yang akan diambil sampelnya.
Nilai rata-rata suatu popiulasi disebut parameter. Sampel yang baik, sekurang kurangnya sama dengan 95% dari parameter. Berdasarkan kenyataan bahwa kondisi geografi suatu objek penelitian atau suatu populasi penelitian geografi jarang sekali ada yang homogen, maka penarikan sampel banyak macamnya. Ketentuan jenis sampel, selain harus memenuhi syarat mewakili populasi, juga dipengaruhi oleh sifat populasi. Kriteria jenis sampel dan pemilihannya dipengaruhi pula oleh jenis kebutuhan, analisis data untuk menguji hipotesis, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian.
Tidak ada ketentuan yang pasti mengenai ukuran sampel. Angkanya dapat berkisar antara 10% sampai 25% dari populasi. Makin besar populasi, jumnlah sampelnya bisa makin kecil, atau sebaliknya. Pada penelitian geografi, pemilihan sampel dapat dilakukan terhadap ruang atau daerah (sampel area). Dapat pula terhadap kasus, individu, atau gejalanya. Hal inibergantung pada gejala atau masalah yang sedang diteliti. Pada penelitian geografi, jumlah, jarak, luas, ketinggian, tingkat kesuburan, dan lain-lain dapat dijadiukan sifat atau karakter untuk kriteria penarikan sampel.
Pemiliah sampel dari populasi dapat dilakukan dengan bebrapa cara, yaitu:
1)      Sampel acak sederhana
Pengambilan sampel ini dilakukan secara acak. Maksudnya tiap unit atau anggota populasi diberi nomor, kemudian diambil secara acak (random), masing-masing unit dalam sampel memiliki peluang yang sama untuk dipilih.
2)      Sampel bertingkat (berstrata)
Sampel bertingkat adalah sampel yang diambil dengan cara membagi populasi menjadi kelas atau tingkat, misalnya strata umur, pendidikan, dan ekonomi. Anggota sampel diambil dari setiap kelas sehingga setiap kelas terwakili dalam sampel. Sampel bertingkat digunakan bila anggota populasi memiliki perbedaan karakteristik yang dapat mempengarughi variabel dalam penelitian.
3)      Sampel sistematik
Sampel ini diambil dengan cara membuat daftar anggota populasi secara berurut, kemudian ditentukan satu nomor patokan sebagai titik awal. Pengambilan sampel nomor selanjutnya ditentukan secara sistematik menurut inbterval tertentu.
4)      Sampel cluster
Dalam sampel culster, populasi dibagi atas kelompok menurut area atau cluster, dengan anggota yang tidak perlu homogen. Kemudian, dari sampel cluster ini dipilih lagi anggota unit yang bisa diambil dari seluruh elemen cluster tersebut.
5)      Sampel kuota
Pengambilan sampel seperti yang dilakukan dengan cara menentukan strata (lapisan) terlebih dahulu berdasarkan sifat yang dianggap memiliki pengaruh paling dominan terhadap variabel yang diteliti. Kemudian, jumlah anggota setiap strata ditentukan berdasarkan kuota.
6)      Sampel sebanding (proportional sample)
Pengambilan sampel ini hampir sama dengan sampel kuota. Sampel ini diperoleh dengan cara mengambil anggota strata sedimikian rupa sehingga setiap strata diwakili oleh sejumlah anggota yang sebanding dengan ukuran strata.
7)      Sampel bertujuan (purpousive sample)
Sampel bertujuan merupakan cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Dalam pengambilkan sampel ini, unsur random tidak berperan penuh karena anggota sampel dipilih sedemikian rupa sehingga sampel memiliki sifat-sifat yang dipunyai oleh populasi.
e.      Teknik analisa geografi
1)      Pengelompokkan, pengolahan, dan penyajian data dengan statistik
Data yang telah terkumpul, baik melalui observasi, wawancara, maupun komunikasi tidak langsung, perlu dikelompokkan untuk memudahkan dalam pengolahan data. Dalam mengelompokkan data, perlu dibedakan antara data kualitatif, data kuantitatif, data pribadi, data primer, data sekunder, data tertulis, data lisan, dan data relevan yang selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik.
Untuk pengolahan data statistik, weperti ukuran tendensi sentral (modus, median, dan mean) telah kita pelajari pada pelajaran matematika.
2)      Pengelompokkan, pengolahan data, dan penyajian data secara deduktif.
Pemecahan masalah secara deduktif didasarkan pada berpikir rasional melalui telaah kepustakaan, data, dan tabel, dan grafik yang ada. Kemudian kita menerjemahkan isi dan maksud uraian dalam buku, tabel, dan grafik tersebut.
f.        Perumusan kesimpulan dan saran
Dalam laporan penelitian dan laporan ilmiah, pada bab penutup biasanya disampaikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menunjukkan implikasi, hubungan, dan hasil dari uraian yang telah dibicarakan. Untuk melihat ketepatan dan kewajaran suatu kesimpulan, maka perlu dijawab pertanyaan beriktu:
1)      Apakah kesimpulan merupakan jawaban langsung terhadap masalah dan tujuan penelitian.
2)      Apakah perumusan kesimpulan telah jelas dan teliti.
3)      Apakah kesimpulan langsung berhubungan dengan pembuktian mengenai benar atau tidaknya hipotesis?
4)      Apakah kesimpulan dapat diperkuat dengan adanya bukti-bukti dalam uraian?
5)      Apakah kesimpulan diperoleh dari hasil pertimbangan yang tidak memihak terhadap data?
6)      Apakah kesimpulan terlalu luas sehingga melebihi batas generalisasi?
Sementara itu, beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memberikan saran adalah sebagai beriktu:
1)      Jangan memberikan saran pada hal-hal yang sudah terjadi
2)      Jangan memberi saran yang hanya bersifat menggarisbawahi.
3)      Saran bersifat membangun
4)      Saran yang rasional
5)      Saran yang objektif
3.      Penyajian Hasil Penelitian Geografi
Secara lengkap susunan (format) dalam menyajikan karya tulis adalah sebagai berikut:
1)      Bagian Pembukaan,
Bagian pembukaan meliputi :
Judul Karya Tulis / Penelitian
Halaman pengesahan (Kepala Sekolah)
Halaman persetujuan (Guru pembimbing)
Halaman persembahan dan Motto (apabila perlu)
Kata pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
2)      Bagian Isi
Bagian isi meliputi:
Bab I Pendahuluan
A.      Latar belakan Masalah
B.      Rumusan permasalahan
C.      Tujuan penelitian
D.     Manfaat Penelitian
Bab II Landasan Teori
A.      Telaah Pustaka
B.      Landasan Teoritik
C.      Hipotesis
Bab III Metodologi Penelitian
A.      Identifikasi Variabel
B.      Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian
C.      Metode Pengumpulan Data
D.     Model Analisis dan Teknik Analisis (Apabila menggunakan Statistik)
Bab IV Analisis Data
A.      Latar Belakang Objek penelitian
B.      Analisis Data
3)      Bagian Penutup
Bagian penutup meliputi:
Bab V Kesimpulan dan Saran
A.      Kesimpulan
B.      Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
D.    Publikasi Hasil Penelitian Geografi
1.      Persyaratan Penulisan Laporn Penelitan Geografi
Dalam menulis laporan, kita seperti sedang bercerita. Agar tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca, maka harus diperhatikan persyaratan sebagai berikut:
a.      Harus tahu betul kepada siapa laporan ditujukan
b.      Harus disadari bahwa pembaca laporan tidak ikut dalam kegiatan penelitian oleh akrena itu lsngksh demi langkah dalam penulisan laporan harus dikemukakan secara jelas.
c.       Mengingat latar belakang pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan beragam, maka laporan hasil penelitian harus mudah diterima oleh setiap pembaca.
d.      Laporan penelitian harus jelas dan meyakinkan pembaca.
2.      Teknik Menulis Karya Ilmiah Geografi
Menulis karya ilmiah berbeda dengan membuat tulisan atau karangan pada umumnya. Ada kaidah atau aturan tertentu dalam penulisan karya ilmiah yang menyangkut teknik menulis dan notasi ilmiah.
a.      Teknik Menulis
Secara umum teknik menulis karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1)      Karya ilmiah ditulis dua spasi
2)      Batas pengetikan diatur agar dihasilkan ketikan berjarak 4 cm dari pinggir kanan dan atas, dan 3 cm dari pinggir kiri dan bawah.
3)      Alenia baru diketik menjorok ke dalam sebanyak tujuh ketukan.
4)      Angka sepuluh ke dawah ditu;is dengan huruf kecuali yang disertai satuan seperti cm, kg, dan ukuran lainnya
5)      Singkatan hanya diperkenankan untuk yang sudah lazim, se[erti sbb, dst, serta satuan ukuran seperti kg, m, dan cm.
6)      Setiap halaman harus diberi nomor dengan angka biasa (arab)
7)      Nomor halaman ditempatkan pada bagian bawah di tengah
8)      Nomor halaman untuk bagian awal seperti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar tabel menggunakan huruf romawi kecil, dan ditempatkan di tengah bagian bawah.
9)      Judul Bab ditulis dengan huruf besar di tengah bagian ataws. Nomor bab menggunakan angka romawi besar.
10)  Subjudul diberi nomor urut dengan angka biasa ditulis dengan huruf kecil, dan bisa diberi garis bawah.
11)   Apabila dalam karya tulis terdapat kutipan dari buku atau majalah ilmiah, isi kutipan harus sama dengan aslinya, baik bahasa, ejaan, maupun tanda bacanya.
12)  Kutipan yang panjangnya lebih dari lima baris diketik satu spasi, sedangkan yang kurang dari lima baris diketik dua spasi dan dimasukkan dalam teks biasa dengan memakai tanda petik pada awal dan pada akhir kutipan.Bila dalam kutipan ada beberapa kata yang akan dihilangkan karena tidak perlu, maka bagian yang dihilangkan diganti dengan tanda titik sebanyak tiga buah. Namun bila bagian yang dihilang kan ada satu kalimat, gantilah dengan tanda titik-titik satu baris.
13)  Hindari penggunaan b ahasa asing sepanjanjang ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Bila terpaksa, tulis kedua-duanya yakni bahasa Indonesia, kemudian bahasa asingnya di dalam kurung. Contoh: uji coba (tryout).
14)  Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perhatikan ejaan, tanda baca, pemenggalan kata, dan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang berlaku.
15)  Apabila ada tabel, berilah judul tabel dan nomor tabel. Judul tabel diketik dengan huruf kecil. Nomor tabel dengan angka biasa.
16)  Daftar pustaka diurutkan berdasarkan abjad nama pengarangnya. Penulisannya harus lengkap, yakni nama pengarang, judul karangan, nama penerbit, tempat diterbitkan, tahun penerbitan. Nama pengarang orang Indonesia ditulis sebagaimana biasa, sedangkan pengarang asing namanya dibalik. Misalnya nama aslinya Harold Alber, ditulis menjadi Alber, Harold. Nama pengarang yang sama dalam Dengan judul buku yang berbeda tidak usah ditulis dua kali, cukup satu kali untuk buku yang pertama. Buku yang kedua penulisan namanya diganti dengan garis. Simak contoh berikut.
17)  Di luar aturan penulisan daftar bacaan atau daftar pustaka di atas, masih ada aturan lain, terutama susunannya. Aturan manapun bisa digunakan asalkan penggunaannya konsisten (langkah-langkahnya berurutan)
18)  Dalam daftar pustaka dimasukkan buku, majalah ilmiah, artikel di media massa, jurnal penelitian, makalah ilmiah, kamus, dan ensiklopedia. Apabila tidak ada nama pengarangnya, penulisan dimulai dari judul bukunya.
b.      Notasi ilmiah
Notasi ilmiah digunakan terutama untuk menulis kutipan. Ada beberapa aturan yang bisa digunakan untuk menulis klutipan.
  1. Kutipan dengan singkatan dan catatan kaki
Setiap kutipan diberi nomor urut di akhir kutipan dan diketik agak ke atas. Stiap nomor kutipan diberi catatan kaki (footnotes) di bagian bawah. Catatan kaki ditulis lengkap, nama pengarang, judul buku, nama penerbit, tempat diterbitkan, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip. Sumber kutipan yang telah disebut bila akan digunakan labi, tidak perlu ditulis lengkap, tetapi cukup dengan menggunakan singkatan:
      Ibid digunakan untuk menyatakan sumber yang sama yang telah disebut sebelumnya, tanpa diselang oleh sumber lain dan menunjuk pada halaman yang berbeda.
      Op, cit. deigunakan untuk menyatakan sumber yang sama yang telah disebut sebelumnya, tetapi  Telah diselang oleh sumber lain dan menunjuk pada halaman yang berbeda.
      Loc. Cit. digunakan untuk menyatakan sumber yang sama, yang telah disebut sebelumnya dan menunjuk kepada halaman yang sama.
Catatan kaki ditempatkan pada halaman tempat kutipan tersebut berada. Perhatikan contoh penulisan catatan kaki berikut :
1)      Nata Suhana, Proses Pembuatan Peta, CV. Sinar Solo, Surakarta, 2012, hal. 70
2)      Ibid, hal. 88
3)      Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, Yayasan Idayu, Jakarta 1990, hal. 78
4)      Sarsito Hendro, Teori-Teori Pemetaan, CV. Sinar Solo, Surakarta, 2012. hal. 62
5)      Emil Salim, op. cit. hal 80
6)      Sarsito Hendro, loc. cit.
2)      Kutipan tanpa catatan kaki
Tidak selalu kutipan dalam karya tulis menuntut adanya catatan kaki pada halaman di tempat kutipan itu. Akan tetapi, pada akhir kutipan disertakan keterangan nama pengarang, tahun penerbitan, dan halaman yang dikutip. Contoh: Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia dalam memanusiakan manusia. (Haryanto. 2012:12), artinya, pernyataan “Pendidikan adalah usaha manusia dalam memanusiakan manusia”, dikutip dari Haryanto yang diterbitkan tahun 2012 pada hal. 12 nama buku dan penerbitmya dicantumkan pada akhir bab tulisan, tidak dibuat catatam kaki. Cara ini lebih praktis
  1. Publikasi Penelitian Geografi dalam Bentuk Makalah
Seperti karya tulis lainnya, makalah harus mengandung permasalahan yang menurut pemecahan, metode pemecahan masalah, hasil pemecahan masalah, dan kesimpulan. Aturan penulisan makalah sama dengan penulisan karya ilmiah. Berdasarkan metode pemecahan masalah, dibedakan dua jenis makalah, yakni makalah deduktif (makalah yang pemecahan masalahnya didasarkan atas pemikiran rasional atau melalui telaah kepustakaan) dan makalah induktif (makalah yang pemecahan masalahnya didasarkan atas pemikiran empiris melalui data dan fakta yang diperoleh di lapangan).
Dalam uraian ini akan dijelaskan isi dan sistematika makalah, prosedur penyusunan makalah, dan beberapa teknik menyiapkan makalah.
  1. Isi dan sistematika makalah geografi
Setiap makalah harus diberi judul. Judul makalah hendaknya singkat, namun jelas mencerminkan isi yang terkandung di dalamnya. Judul yang jelas adalah judul yang mengacu kepada permasalahan. Isi keseluruhan makalah terdiri atas:
1)      Pendahuluan
Pendaguluan digunakan sebagai pengantar agar pembaca mempunyai gambaran tentang isi makalah tersebut. Pada bagian ini, diberikan juga latar belakang penulisan, maksud dan tujuan penulisan, metode dan prosedur penuliosan, isi keseluruhan makalah, dan sumber-sumber yang digunakan.
2)      Permasalahan
Pada bagian ini, dijelaskan pentingnya tema atau judul makalah, perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang mendasar (apa, mengapa, bagaimana), dan pembatasan lingkup permasalahan. Bebrapa istilah penting yang digunakan dalam permasalahan juga dapat dijelaskan pada bagian ini.
3)      Pembahasan masalah
Dalam bagian ini dibahas dan diuraikan secara sistematis beberapa alternatif pemecahan masalah. Juga diberikan argumentasi jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan.Pada makalah deduktif, alternatif jawaban didukung dengan jawaban dari beberapa teori ilmiah dan pendapat para ahli. Oleh karena itu perlu disertakan kutipan-kutipan dari berbagai literatur yang dijadikan sumber penulisan. Pada makalah induktif, jawaban didasarkan pada bukti empiris yang diperoleh dari lapangan, baik dari hasil penelitian sendiri maupun hasil penelitian orang lain.
4)      Kesimpulan dan saran
Kesimpulan adalah sintesis dari semua alternatif jawaban yang telah dibahas. Kesimpulan bukanlah ringkasan jawaban, melainkan generalisasi dari semua alternatif jawaban. Kesimpulan harus konsepsional dalam bentuk pertanyaan ilmiah. Ketajaman penyusun makalah dalam melihat hakikat permasalahan sangat diperlukan  dalam menarik kesimpulan.
Saran yang diajukan harus berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan bahasan. Saran yang diajukan harus konsepsional, bukan teknis operasional, dan memperhatikan kepada siapa saran itu ditujukan.
Penutup makalah adalah daftar pustaka. Jika ada lampiran, tempatkan setelah daftar pustaka. Di bagian awal isi makalah dikemukakan abstrak, kata pengantar, dan daftar isi. Abstrak diketik satu spasi; sebanyak lebih kurang setengah halaman. Isinya menjelaskan masalah, prosedur penulisan dan kesimpulan bahasan.
  1. Prosedur penyusunan makalah
Ada dua langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan makalah, yaitu merancang isi makalah dan menulis makalah berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Beberapa tahapan dalam merancang isi makalah adalah sebagai berikut :
1)      Menentukan tema, permasalahan, dan judul makalah
Tema makalah adalah bidang kajian makalah, misalnya bidang geografi fisis, geografi kependudukan, atau geografi ekonomi. Permasalahan adalah pertanyaan mendasar yang berkisar pada tema tersebut, sedangkan judul adalah refleksi dari permasalahan sehubungan dengan tema yang dipilih.
Perhatikan contoh berikut:
Tema         : Proses belajar menggambar peta
Masalah     : (1) Bagaimana cara siswa menggambar  peta ?
                        (2) Bagaimana upaya guru menumbuhkan motivasi agar siswa melaksanakan kegiatan menggambar peta secara optimal?
2)      Identifikasi pembahasan
Tahap identifikasi pembahasan adalah merancang alternatif pembahasan untuk setiap masalah yang diajukan. Dalam contoh di atas, alkternatif pembahasan menggunakan pendekatan deduktif, melalui kajian teori atau tinjauan kepustakaan. Penyusunan makalah harus mempelajari bahan-bahan yang berkenan dengan proses pembuatan peta
Alternatif jawaban (1)
-           Mengambar peta dengan sistem grid
-           Menggambar peta dengan alat pantograf
-           Menggambar peta dengan sistem proyeksi
Alternatif jawaban (2)
-           Memberi tugas yang manantang siswa
-           Memberi penghargaan dan teguran
-          Mengkondisikan agar belajar kelompok berjalan lancar
3)      Rancangan kesimpulan dan saran
Pada contoh di atas, rancangan isi kesimpulan dan saran-saran adalah sebagai berikut.
Kesimpulan berkenaan dengan:
-          Cara siswa dalam mengerjakan tugas menggambar peta sesuai aturan kartografi
-          Cara guru memberi contoh dalam menggambar peta.
Saran dapat ditujukan untuk:
-          Guru geografi dan siswa
-          Lembaga pendidikan geografi

Rangkuman
1.      Karya tulis adalah laporan hasil penelitian, pengkajian, survei dan evaluasi yang disusun secara tertulis dengan menggunakan acuan dan kaidah tertentu.
2.      Pendekatan untuk mengkaji geografi mencakup keruangan, ekologis, dan kompleks wilayah. Pendekatan keruangan merupakan analisis yang menekankan pada eksistensi ruang sebagai wadah untuk mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer.
3.      Fenomena geosfer meliputi fenomena yang terjadi di litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer.
4.      Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Karena itu harus dilakukan secara sistematis, melalui prosedur yang benar, dan tidak dipengaruhi oleh keinginan pribadi.
5.      Persyaratan dalam laporan penelitian:
a.      Harus tahu betul kepada siapa laporan penelitian itu ditujukan.
b.      Penulisan laporan hasil penelitian harus jelas agar setiap pembaca memahaminya dengan benar.
c.       Penulis laporan harus dapat meyakinkan pembaca bahwa penelitiannya sangat penting.
d.      Laporan penelitian harus jelas dan meyakinkan.
6.      Pengolahan data merupakan proses penyederhanaan data yang sangat kompleks ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan ditatafsirkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan laporan, yaitu:
a.      Menggunakan bahasa yang komunikatif, baik, dan benar.

b.      Sistematika dan format urutan harus benar dan sesuai dengan aturan karya tulis ilmiah.