Sabtu, 01 November 2014

BAB 4
HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN AKIBAT DINAMIKA LITOSFER

Kompetensi Dasar :
3.1 Menganalisis hubungan antara manusia dan lingkungan sebagai akibat daridinamika litosfer.
4.4 Menyajikan hasil analisis hubungan antara manusia ndengan lingkungannya sebagai poengaruh dinamika litosfer dalam bentuk narasi, tabel, bagan, grafik, gambar ilustrasi, dan atau peta konsep.

Indikator
3.4.1 Menjelaskan batuan dan aktivitas manusia memanfaatkan batuan penyusun litosfer
3.4.2 Menjelaskan tektonisme dan pengaruh tektonisme terhadap kehidupan
3.4.3 Menjelaskan vulkanisme dan pengaruh vulkanisme terhadap kehidupan
3.4.4 Menjelaskan seisme dan pengaruh seisme terhadap kehidupan
3,4.5 Menjelaskan proses eksogen dan pengaruh proses eksogen terhadap kehidupan
3.4.6 Menjelaskan pembentukan tanah dan pemanfaatannya

Salah satu bumi adalah litosfer. Dalam litosfer mempunyai lapisan terluar adalah lapisan pedosfer. Beberapa lapisan tanah dan batuan mengisi bagian pedosfer. Dalam pedosfer terdapat kejadian pengkikisan batuan, berbagai tipe tanah, pelapukan batuan, pel;apukan batuan. Itulah beberapa hasil dinamika yang terjadi di pedosfer.
Untuk mempelajari kejadian alam tersebut dapat mempelajari pengetahuan dasar tentang litosfer dan pedosfer. Meskipun bumi sebagai tempat berpijak dan sudah lama dihuni manusia, tetapi pengetahuan tentang lapisan bumi masih kurang. Bahkan kemajuan teknologi sekarang ini masih bekum mampu mengungkap rahasia bumi bagian dalam, seperti mengapa aktivitas pertambangan pengeboran minyak hanya sampai kedalaman kurang dari sepuluh kilometer di bawah permukaan tanah.

A. Manfaat Batuan Bagi Kehidupan Manusia

Litosfer dibentuk oleh berbagai jenis batuan dan mineral. Batuan adalah massa yang terdiri atas satu atau bermacam mineral dengan komposisi kimia yang tetap sehingga dengan jelas dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Induk dari segala jenis batuan adalah magma. Magma merupakan batuan cair pijar yang bersuhu tinggi (900o-1.200oC yang terjadi dari berbagai mineral serta gas yang lkarut di dalamnya.
Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur. Siklus batuan merupakan proses dari mulai pembentukan batuan, penghancuran, pengendapan, sampai pada pembentukan kembali batuan. Siklus ini diawali oleh gejala pembekuan magma, baik yang masih di dalam permukaan bumi ataupun yang sudah keluar permukaan bumi. Magma yang membeku akan mengalami perusakan atau pelapukan akibat pengaruh atmosfer, seperti suhu dan curah hujan. Batuan yang berasal dari magma yang membeku yang disebut batuan beku.
Kemudian, batuan hasil penghancuran akibat pengaruh atmosfer ini akan diangkut oleh media seperti air atau angin melalui proses erosi. Setelah itu, batuan tersebut diendapkan pada suatu tempat melalui proses sedimentasi sehingga disebut batuan sedimen.
Batuan yang diendapkan tersebut mengalami perubahan lokasi akibat proses-proses tektonik, misalnya penunjaman lempeng tektonik yanbg menyebabkan batuan tersebut lokasinya pindah ke dalam bumi. Di dalam bumi batuan sedimen akan mengalami tekanan dan pemanasan sehingga berubah menjadi batuan metamorf. Jika lokasinya lebih dalam lagi, maka batuan tersebut akan mencair dan bercampur kembali dengan magma, kemudian membentuk batuan beku yang baru.
Batuan disusun oleh mineral yang merupakan senyawa kimia padat. Batuan dapat tersusun oleh satu mineral. Contohnya batuan beku granit yang tersusun atas mineral kuarsa. Mineral ini terbentuk dari magma yang mengalami kristalisasi pada waktu proses pendinginan.
Berdasarkan Skala Mohs, mineral dibedakan berdasarkan kekerasannya, yaitu dari yang lunak samapi sangat keras. Urutan kekerasan mineral dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi adalah talk, gipsum, kalsit, fluorit, apatit, ortoklas, kuarsa, topaz, kurundum, dan intan.

1. Batuan Beku (Igneous Rocks)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat pembekuan magma. Batuan ini membeku karena adanya proses pendinginan, baik terjadi di dalam bumi ataupun di permukaan bumi setelah letusan gunung api. Batuan beku yang membeku di dalam bumi disebut batuan plutonik (intrusif), sedangkan batuan yang membeku di luar permukaan bumi disebut batuan vulkanik (ekstrusif). Sifat dari batuan beku plutonik adalah lambat dalam pembekuannya, sedangkan batuan beku vulknaik cepat dalam pembekuannya. Contoh batuan beku plutonik antara lain gabro dan granit, sedangkan batuan beku vulkanik antara lain basalt, andesit, dan obsidian. 

2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)

Batuan swedimen merupakan batuan yang terbentuk dari batuan beku yang mengalami:
a) pelapukan
b) pengangkutan
c) pengendapatan
Batuan sedimen dibedakan atas sedimen klastik, sedimen kimiawi, dan sedimen organik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang mengalami penghacuran dari bongkahan besar ke kecil tanpa berubah susunan kimianya. Contohnya batuan beku yang lapuk dan pecah-pecah menjadi lebih kecil. Batuan sedimen kimiawi adalah batuan sedimen yang berubah susunan kimianya. Contohnya batuan yang mengalami pelarutan, seperti batu gamping (CaCO3)yang larut menjadi bentukan stalaktit dan stalakmit. Adapun batuan sedimen oranik pada waktu pengendapannya mendapat pengaruh dari organisme, seperti sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan manusia. Contoh batuan sedimen, antara lain breksi, konglomerat, batu gamping (batu kapur), batu pasir, dan batu lempung.

3. Batuan Malihan (Metamorphic Rocks)

Batuan malihan (metamorf) adalah jenis batuan yang terbentuk karena pengaruh panas, tekanan atau keduanya. panas dihasilkan dari aktivitas vulkanik dan tekanan dihasilkan dari pergerakkan bumi seperti gempa atau letusan gunung api. Dalam suhu dan tekanan yang tinggi, serta dalam waktu yang lama batuan beku ataupun sedimen akan berubah wujud menjadi batuan malihan dengan mengubah mineralnya menjadi mineral baru. Contoh batuan malihan adalah batu kapur (gamping) berubah menjadi marmer (pualam) dan batuan lempung berubah menjadi batu sabak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar